بسم الله الرحمن الرحيم
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum.
Apa keistimewaan bulan Sya’ban? Karena saya sering mendengar bahwa
Allah menutup catatan perbuatan manusia dan menggantinya dengan catatan
baru?
Terima kasih.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Dari: Dian
Jawaban:
Wa’alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Pertama, kami tidak pernah menjumpai dalil maupun keterangan ulama
bahwa buku catatan amal hamba ditutup di malam nisfu Sya’ban atau ketika
bulan Sya’ban. Kami hanya menduga, barangkali anggapan semacam ini
karena kesalah pahaman terhadap hadits, dari Usamah bin Zaid, beliau
bertanya,
يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ
“Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana anda berpuasa di bulan Sya’ban?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ
وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ
الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara
Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju
Rabb semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam
kondisi berpuasa.” (HR. An Nasa’i 2357, Ahmad 21753, Ibnu Abi Syaibah
9765 dan Syuaib al-Arnauth menilai ‘Sanadnya hasan’).
Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengabarkan, salah satu waktu, dimana amal para hamba dilaporkan adalah
ketika bulan Sya’ban. Dan karenanya, beliau memperbanyak puasa di bulan
Sya’ban.
Kedua, penting untuk dicatat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak menentukan di tanggal berapa peristiwa pelaporan amal itu
terjadi. Bahkan zahir hadits menunjukkan, itu terjadi selama satu bulan.
Karena itulah, puasa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
di bulan Sya’ban tidak pilih-pilih tanggal. Beliau juga tidak
menganjurkan agar kita memilih pertengahan Sya’ban untuk puasa. Yang
beliau lakukan, memperbanyak puasa selama Sya’ban.
Untuk itu, siapa yang beranggapan dianjurkan memperbanyak ibadah
ketika pertengahan Sya’ban, dengan anggapan bahwa ketika itu terjadi
pelaporan amal, maka dia harus mendatangkan dalil. Tanpa dalil, berarti
dia menebak perkara ghaib. Dan tentu saja, pendapatnya wajib ditolak.
Kemudian, penting juga untuk kita perhatikan, hadits itu sedikitpun
tidak menyebutkan adanya penutupan buku catatan amal. Beliau hanya
menyampaikan ketika bulan Sya’ban terdapat pelaporan amal dan bukan
penutupan catatan amal.
Ketiga, tidak ada istilah penutupan buku amal dalam Islam. Karena
kaum muslimin dituntut untuk selalu beramal dan beramal sampai ajal
menjemputnya. Allah berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang kepadamu al-Yaqin.” (QS. Al-Hijr: 99)
Para ulama tafsir sepakat bahwa makna 'al-Yaqin' pada ayat di atas
adalah kematian. Karena setiap manusia dituntut beramal dan beribadah
selama akalnya masih berjalan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan agar kita
selalu menjaga iman, dengan istiqamah beramal. Ada seorang sahabat yang
meminta nasehat kepada beliau. Yang nasehat ini akan selalu dia jaga
selama hidupnya. Nasehat yang beliau sampaikan sangat ringkas,
قلْ آمنتُ بالله ثم استقم
"Katakan, Saya beriman kepada Allah, kemudian istiqmahlah." (HR. Ahmad 15416 dan sanadnya shahih).
Dan yang namanya istiqamah, tentu saja tidak akan ada putusnya.
Al-Imam Ahmad pernah ditanya, ‘Kapan waktu untuk istirahat?’ beliau menjawab,
عند أول قدم نضعها في الجنة
“Ketika pertama kali kita menginjakkan kaki kita di surga.”
Sekali lagi tidak ada istilah istirahat beramal atau buku catatan
amal ditutup sementara. Amal kita yang dihisab tidak hanya ketika nisfu
Sya’ban, namun juga di bulan-bulan lainnya. Semoga Allah meringankan
kita untuk terus istiqamah meniti jalan kebenaran. Aamiin..
Allahu a’lam
Oleh : Ustadz Ammi Nur Baits
- sumber -
http://www.konsultasisyariah.com/malam-nisfu-syaban-catatan-amal-ditutup/